Menyemai Antikorupsi Lewat Kompetisi, KPK Cetak Sineas ACFFEST 2025 dari Timur Indonesia

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) terus meneguhkan komitmennya dalam pemberantasan korupsi melalui pendekatan edukatif dan partisipatif. Melalui ajang Anti-Corruption Film Festival (ACFFEST) 2025 Regional Timur, KPK membuka ruang ekspresi bagi sineas muda dan komunitas film lokal dari kawasan timur Indonesia untuk menyuarakan nilai-nilai antikorupsi lewat karya sinematik.
Bekerja sama dengan GIZ–Corruption Prevention in the Forestry Sector (CPFS), KPK menggelar workshop penulisan naskah dan pra-produksi film di Jayapura, Papua, sebagai bagian dari seleksi kompetisi ide cerita ACFFEST 2025. Sebanyak 10 finalis dari lima provinsi—Sulawesi, Maluku, Maluku Utara, Nusa Tenggara Timur, dan Papua—mengikuti pelatihan intensif selama empat hari, pada 22–26 Juli 2025.
“Program ini merupakan upaya KPK memperkuat kapasitas dan peran masyarakat, khususnya sineas lokal agar berkontribusi membangun ekosistem perfilman yang berkelanjutan di wilayah timur Indonesia. Wilayah ini berpotensi besar dari sisi ide cerita, sebab didukung kekayaan budaya lokal dan sumber daya alam yang relevan dengan pemberantasan korupsi,” ujar Kepala Satuan Tugas Direktorat Sosialisasi dan Kampanye Antikorupsi KPK, Medio Venda.
Medio menambahkan, workshop ini didesain inklusif dengan melibatkan peserta dari beragam latar belakang, baik yang masih pemula maupun yang telah berpengalaman. Selain menghasilkan karya film, kegiatan ini juga diharapkan mampu menumbuhkan komunitas film lokal yang aktif dan memiliki kepedulian terhadap isu integritas.
Gali Potensi, Perkuat Gerakan Antikorupsi
Kehadiran 10 finalis dari kawasan timur Indonesia dalam pelatihan ini menjadi peluang besar untuk menampilkan potensi mereka di bidang penulisan dan produksi film. Diharapkan, ini menjadi langkah strategis untuk melahirkan karya-karya yang mendukung kampanye antikorupsi sekaligus mendorong pertumbuhan industri film yang mandiri dan berintegritas.
Advisor GIZ–CPFS, Faiza Hasan, menegaskan pentingnya kolaborasi dalam membangun diplomasi pembangunan berbasis budaya. Menurutnya, ACFFEST menjadi simpul awal dalam mendorong transformasi sosial dan reformasi sistemik pencegahan korupsi melalui pendekatan kreatif dan edukatif.
“Workshop ini bukan sekadar pelatihan teknis. Tapi ruang literasi, refleksi, sekaligus sumber inspirasi. ACFFEST Regional Timur 2025 diharapkan dapat membentuk ekosistem perfilman yang tidak hanya berkualitas karyanya, tapi mendidik masyarakat dan pemerintah daerah tentang pentingnya budaya lokal dan nilai antikorupsi,” tutur Faiza.
Senada dengan itu, Abi—peserta asal Jayapura—mengungkapkan bahwa ACFFEST menjadi bentuk afirmasi bahwa talenta film dari wilayah timur juga layak mendapat panggung. “Kami merasa setara. Semua bisa belajar dan bertumbuh bersama. Harapannya, dapat tumbuh komunitas film yang aktif di kawasan timur,” katanya.
Dari Ide Cerita, ‘Tumbuhlah’ Judul
Sebagai penutup rangkaian ACFFEST Regional Timur, dilakukan sesi penjurian oleh sutradara nasional Rahabi Mandra, sineas Anjas Artha Putra, dan Advisor GIZ–CPFS Faiza Hasan untuk memilih satu ide cerita terbaik yang akan memperoleh dukungan produksi dari KPK.
Ide cerita berjudul “Tumbuhlah!” dari Kareem Production asal Parepare, Sulawesi Selatan, terpilih sebagai pemenang. Cerita ini dinilai berhasil memadukan orisinalitas dengan pesan antikorupsi yang kuat, serta menggugah kesadaran publik terhadap dampak korupsi dalam pengelolaan sumber daya alam.
Sebagai pemenang, Kareem Production akan memperoleh dukungan pendanaan produksi dari KPK untuk mewujudkan ide tersebut menjadi film pendek. Langkah ini diharapkan menjadi pemantik hadirnya lebih banyak karya sinematik dari daerah yang mengusung semangat antikorupsi secara kreatif dan inspiratif.