TAPAKSIAPI Gagas Pemanfaatan AI untuk Penyuluhan Antikorupsi
Dari rangkaian Hari Antikorupsi Sedunia (Hakordia) 2024, hari kedua Temu Aksi Penyuluh Antikorupsi dan Ahli Pembangunan Integritas (TapakSiapi) diisi dengan 7 kelas penguatan yang berlangsung di Hotel Royal Kuningan, Jakarta, Selasa (10/12). Salah satu kelas di antaranya adalah Kelas Pemanfaatan Teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam Penyuluhan, menghadirkan narasumber praktisi media dan Editor Good News From Indonesia (GNFI), Akhyari Hananto.
Akhyari memulai kelas dengan memberi pemahaman apa yang dimaksud dengan AI, apa manfaatnya bagi manusia, perkembangannya, dan apa saja yang bisa dilakukan AI dalam membantu penyuluh antikorupsi.
“Saat ini, semua orang menggunakan AI. Di Indonesia sebagian besar sudah menggunakan AI, paling tidak levelnya Chat GPT gratis. Jika tidak menggunakan AI, kita ketinggalan zaman, kehilangan kesempatan dan semakin tidak relevan dengan dunia digital,” tuturnya.
Akhyari menyampaikan, Generative AI adalah hal yang dapat dipelajari, dengan fokus pada Chat GPT, Gemini, DALL-E dan aplikasi lainnya sesuai kebutuhan penyuluh. Dari beberapa aplikasi itu, ia menilai Aplikasi Chat GPT cukup mumpuni untuk memenuhi kebutuhan penyuluh dalam menulis apa saja bahkan dalam membuat buku dan gambar.
“Chat GPT ini bisa melakukan banyak hal seperti menulis bahkan membuat buku dan gambar. Hanya saja belum bisa membuat video. Plusnya lagi, aplikasi ini juga multi user,” terang Akhyari di depan 129 peserta kelas.
Selain memaparkan keunggulan AI, Akhyari juga menyampaikan tantangan AI, terutama tantangan hukum dan persoalan etis AI serta dampak sosialnya bagi manusia dan masyarakat.
Peserta Tanggapi Positif Kelas AI
Peserta dari Ketua Bidang Humas dan IT Komunitas Penyuluh Antikorupsi Ahli Pembangunan Integritas (KOMPAK API) Jawa Tengah, Muhammad Khodir, menyampaikan manfaat kelas Kelas Pemanfaatan Teknologi Artificial Intelligence (AI) bagi kegiatan penyuluhannya.
“Ini sangat bermanfaat bagi kami untuk membantu melakukan penyuluhan antikorupsi, terutama untuk generasi milenial dan Gen Z yang sangat mengikuti dunia AI. Terlebih untuk mewujudkan Indonesia Emas 2045 yang generasinya berasal dari anak-anak yang saat ini kami sasar terpapar nilai antikorupsi. Saya berharap para penyuluh bisa memanfaatkan AI ini, sehingga ada pilihan yang inovatif dan variatif sehingga kelompok sasaran tidak bosan,” kata Khodir yang telah lima tahun menjadi penyuluh.
Pandangan sedikit berbeda disampaikan Nurhayati, Guru PKn SMAN 2 Kota Tangerang Selatan yang telah dua tahun bergabung di PAKSI Banten. Ia menyoroti risiko pemanfaatan AI oleh siswa, yang mungkin saja berdampak negatif jika disalahgunakan.
“Dari kelas ini terbuka mata saya, ternyata saya masih sangat gagap teknologi, walau saya tidak terlalu tertinggal. Kelas ini sangat membantu saya membuat materi penyuluhan yang lebih baik, tapi sebagai guru ada kekhawatiran bagaimana jika AI ini dimanfaatkan oleh siswa saya sehingga mengurangi motivasinya belajar. Selain itu menimbulkan ketidakjujuran dan minim integritas dalam mengerjakan tugas karena menggunakan AI,” jelas Nurhayati.
Selain kelas Pemanfaatan Teknologi Artificial Intelligence (AI) dalam Penyuluhan, enam kelas lainnya berlangsung secara paralel. Kelas Program Pencegahan Korupsi KPK dan Pengawasan Pelayanan Publik melalui JAGA.id, Kelas Membangun Kemandirian Forum/Komunitas PAKSI API dan kelas Aspek Hukum Tindak Pidana Korupsi berlangsung sejak pagi hingga siang hari.
Sedangkan kelas yang berlangsung pada siang hingga sore adalah kelas Penanganan Konflik Kepentingan (CoI) dan Gratifikasi (Panduan GOL), Kelas Cegah Korupsi melalui Panduan Cegah Korupsi dan KPK Whistle Blowing System (KWS) dan kelas Studi Kasus Korupsi sebagai Bahan Penyuluhan.